Powered By Blogger

Sabtu, 01 Desember 2012

Apakah Yang Sebenarnya Terjadi Ketika Kita Jatuh Cinta?



Kita mungkin heran dengan kelakuan seseorang yang rela meninggalkan karir atau hartanya hanya demi cinta. Namun para ahli mulai mengungkap misteri kenapa orang yang jatuh cinta bisa bertingkah gamang, tidak rasional, sampai konyol.
Seperti yang dilansir dari Daily Mail, teknologi membantu para ahli mempelajari saraf pada otak ketika seseorang jatuh cinta. Mereka kemudian memetakan perubahan kimia yang terjadi dan mengamati bagian otak yang aktif atau mati selama berhari-hari ketika seseorang dimabuk asmara.
Lebih dari itu, peneliti juga menemukan kenapa semua itu membuat seseorang yang jatuh cinta menjadi selalu gelisah. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan tentang bagian dalam otak yang terjadi ketika Anda jatuh cinta.
Korteks Frontal


Bagian ini bertugas membuat keputusan dan menghakimi sesuatu atau seseorang. Tetapi ketika jatuh cinta, korteks frontal dimatikan oleh otak. Menurut Semir Zeki dari University College London, ada banyak bagian otak yang aktif saat Anda dimabuk asmara. Tetapi area besar pada otak ini malah mati, padahal sifatnya penting dalam menilai hal tertentu.
Zeki percaya matinya korteks frontal terjadi karena tujuan biologis, misalnya memperlancar urusan reproduksi. Itulah sebab kenapa orang yang jatuh cinta sulit melihat kesalahan si dia.
Otak juga menunjukkan area otak yang mengontrol takut dan emosi negatif lain ikut mati. Makanya jatuh cinta akan membuat Anda selalu terlihat senang.
Pengaruh Hormon
Jatuh cinta juga membuat hormon dopamin meningkat tajam. Dopamin sendiri merupakan kunci seseorang yang menikmati rasa sakit sekaligus kepuasaan dalam waktu bersamaan. Hormon ini dikaitkan dengan gairah, kecanduan, euforia, dan sifat-sifat pantang menyerah saat mengejar cinta.
Sebuah tes juga menunjukkan kokain punya efek yang sama seperti dopamin. Sementara dopamin yang meningkat ikut mempengaruhi produksi serotonin, hormon yang memperbaiki suasana hati dan nafsu makan.
Kadar serotonin yang tinggi juga sering ditemukan pada orang yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif. Itulah sebabnya kenapa cinta membuat Anda cemas dan gugup. Sementara perasaan berdebar-debar, berkeringat dingin, dan mulut kering disebabkan oleh hormon adrenalin.
Hormon lain yang keluar saat jatuh cinta sama dengan ketika Anda ketakutan. Artinya, cinta bisa membuat Anda merasa senang sekaligus takut. Terutama jika Anda menjalani cinta terlarang.

Jatuh Cinta Matikan Kinerja Otak?

Jatuh cinta berjuta rasanya. Namun, terkadang membuat seseorang menjadi "buta" karena cinta. Di balik itu semua, tahukah Anda apa yang menyebabkan pria tertarik pada wanita dan sebaliknya? 

Menurut dokter bedah saraf, Ryu Hasan, pola berpikir, perilaku, dan perasaan seseorang terkait dengan kinerja otak. Beberapa ahli saraf lainnya juga menegaskan, ketika seseorang jatuh cinta, sebagian otak akan ditutup (dinonaktifkan), termasuk bagian otak yang berperan mengontrol rasa takut. 

Selama perasaan jatuh cinta timbul, otak sudah mampu menjalankan pembagian kinerja otaknya. Ada bagian otak yang diaktifkan, ada pula yang dinonaktifkan. 


Cinta Itu Buta?

Korteks merupakan bagian otak paling depan, yang bertugas untuk melakukan penilaian. Bagian ini akan tertutup ketika Anda sedang jatuh cinta. Dengan kata lain, rasa ragu dan kritikan akan ditepis.

"Ketika Anda jatuh cinta pada seseorang, beberapa area otak menjadi aktif. Namun, sebagian besar akan dinonaktifkan, dan ini merupakan bagian otak yang menjalankan fungsinya untuk menghakimi," kata seorang profesor neuro estetika dari Universitas College London, Semir Zeki, seperti dikutip dalam Dailymail. 

Oleh karena itu, ketika bertemu orang yang disukai, Anda kerap merasa gugup dan tak stabil. Ini karena bagian otak yang aktif sedang menjalankan fungsinya. Namun, jangan kaget, saat jatuh cinta, Anda kerap berada pada posisi "Cinta buta".

Dalam sebuah penelitian, scan otak dilakukan untuk menunjukkan wilayah otak yang bertugas untuk mengontrol rasa takut dan yang terlibat emosi negatif. Hasilnya adalah semua kinerja otak berhenti.
Inilah yang membuat mengapa seseorang lebih menyukai dunianya sendiri, tanpa memikirkan rasa takut untuk melakukan kesalahan, saat sedang jatuh cinta.
Cinta Itu Obat Penawar?
Penelitian menunjukkan bahwa ketika jatuh cinta, senyawa dopamin berada pada tingkat yang lebih tinggi. Dopamin ini bertugas untuk memberikan efek senang dan bahagia, menghilangkan rasa sakit yang terkait dengan keinginan, candu, dan euforia. Ini jugalah yang akhirnya membuat seseorang tak ingin menyerah mendapatkan cinta dari orang yang dipujanya.

Tak hanya itu, saat jatuh cinta ketika dopamin meningkat, ada senyawa kimia lain dalam otak yang berkurang: serotonin. Ini merupakan hormon kunci yang mengatur suasana hati dan nafsu makan. Saat hormon ini menurun, maka akan terjadi gangguan kompulsif, seperti merasa cemas dan gelisah.


Obsesi Cinta
Psikolog kini tengah berusaha memahami kenapa terobsesi pada cinta bisa berbahaya. Sebab beberapa orang sampai harus menjadi penguntit hanya demi memperhatikan orang yang dicintainya.
"Perasaan cinta seperti bola salju bagi penguntit. Kebiasaan mengikuti orang yang dicintai berubah menjadi kelainan mental dan membuatnya berkhayal. Sayangnya kami masih belum tahu banyak apa yang menyebabkan hal ini," terang Dr. David Nias, seorang psikolog.
Namun Dr Nias juga menyatakan kalau ada cara untuk menyembuhkan kelainan tersebut. Sebab semua yang berlebihan memang tidak baik, termasuk jatuh cinta. Setuju?